Jumat, 18 Februari 2011

TAKDIR INDONESIA

Tanggapan atas tulisan Gejolak Politik di Timteng (ilunikontrakorupsi@blogspot.com)

Inipun barangkali bukanlah catatan ilmiah.

Tidak sedikit orang lupa akan bahaya komunis setelah runtuhnya USSR.Sangat sedikit juga yang memperhatikan skenario meruntuhkan komunis USSR.

Termasuk peran AS dan sekutunya, Vatikan dibawah kepemimpinan Paus Paulus Yohannes II dalam politik dunia.

Menurut pemahaman saya ada dua kekuatan besar yang bertarung didunia ini yakni Kekuatan anti Tuhan dan Kekuatan Iman kepada Tuhan. Dua-2nya ingin menjadi penguasa dan menguasai dunia.

Jika kekuatan anti Tuhan diwakili oleh komunis, maka kekuatan Iman kepada Tuhan diwakili oleh para pemeluk agama.

Ada keunggulan kekuatan komunis dibandingkan dengan kekuatan agamis.Kekuatan komunis tidak terpecah-pesah dan tidak bermacam-macam (ideologinya sama; kekuatan manusia oleh karena diri kemampuan dan kekuatannya) sedangkan kekuatan agama terbagi-bagai dalam berbagai jenis dan celakanya pemeluk agama yang satu merasa lebih benar daripada pemeluk agama yang lain. Padahal seharusnya ideologinya sama yakni IMAN kepada TUHAN

Perbedaan pemikiran antar para pemeluk agama tersebut tentulah diketahui dan akan dimanfaatkan oleh komunis.Untuk itu komunis yang sekarang ini tidak segan-segan masuk dan memasuki agama yang ada denga tujuan untuk mengadudomba.

Komunis juga tentulah melihat dan mengetahui kekuatan agama yang dominan untuk mendapat prioritas diadudomba yakni Agama Yahudi, Kristen, dan Islam.

Tentang agama Yahudi jangankan dunia Islam, Kristen pun tak sedikit yang memahami bahkan memusuhi. Tidak sedikit masyarakat dunia keliru memandang

Teramat sering Israel dipersamakan dengan Yahudi. Padahal tidak semua bangsa Israel memeluk agama Yahudi (penerus agama nabi Abraham (Ibrahim). Israel dipersamakan dengan Yahudi padahal tidak seluruhnya bangsa Israel sebagai Yahudi.Yahudi adalah salah satu dari 12 (suku besar) dari bangsa Israel yang kemudian mengaku sebagai penerus agama Nabi Abraham.
Bahkan Tahta Suci Vatikan pun sempat memandang Israel sebagai musuh.Jika tidak keliru baru tahun 1990-an Tahta Suci Vatikan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Namun dapat saya pastikan bahwa Israel dan AS sebagai Negara adalah anti komunis dan akan selalu berusaha melawan dan atau menghambat pengaruh komunis didunia.

Ketika rakyat Cina berusaha melawan kekuasaan (memperjuangkan demokrasi) tak sedikit yang menjadi korban (peristiwa Tiananmen), tidak sedikit aktivis demokrasi Cina lari ke AS dan AS memberi perlindungan.Namun AS pun kecolongan sebab kemudian ada aktivis demokrasi itu menjadi ANTEK KOMUNIS mencuri teknologi untuk kepentingan RRC.Pengadilan AS pernah menjatuhkan hukuman kepada mantan aktivis democrat Cina karena menjadi mata-mata teknologi di AS utk kepentingan RRC (silahkan crosscek)

Sedikit sekali pengamat yang tidak pernah memandang peran AS dan Israel melawan komunis. Termasuk peran Vatikan.

Sangat sedikit memandang bantuan (yang diberikan) AS ke Negara-negara Islam didunia termasuk Indonesia tetapi pintar menghitung keuntungan (yg didapat AS).

Terlalu banyak yang pintar menghitung yang didapat AS dari PT.Freeport tetapi sedikit yang menghitung berapa komisi para pejabat (pemeras perusahaan dan rakyat) Juga sangat seidkit yang pandai menghitung berapa dan bagaimana AS membangun dan merawat PT.Freeport.

Sangat sedikit yang pandai menghitung berapa dan bagaimana oknum pejabat dan pengusaha Indonesia yang memeras tenaga kerja termasuk tenaga kerja Indonesia di PT.Freeport.

Sangat sedikit memperhatikan mengapa Vatikan tidak mengundang RRC akan tetapi mengundang Taiwan ketika Paus Paulus Yohannes II meninggal dunia.

Dunia Islam juga sangat sedikit yang memperhatikan bagaimana Penguasa RRC memperlakukan umat Islam di RRC.

Tetapi dunia Islam akan cepat bereaksi ketika ada campurtangan AS atau Israel.

Dunia Islam sangat sedikit memahami permasalahan Palestina, namun cenderung memandang sebagai penindasan dan kesewenang-wenangan Israel dan AS terhadap umat Islam padahal secara kasat mata saja rakyat Palestina tidak seluruhnya beragama Islam.

Tentang Palestina dan Israel bacalah terlebih dahulu kitab suci.

Tidak sedikit orang (terutama pemeluk agama Islam) bangga dengan Osama bin Laden, Saddam Husein, Ahmadinejad karena mereka berani berkoar-koar akan melawan AS, Israel.

Namun aku berkata, apabila ada dari pemeluk agama Yahudi, Hindu, Budha, Kristen, Islam yang tampil dan berkoar-koar melawan AS atau Israel maka yang lebih senang adalah komunis dan dengan sembunyi-sembunyi akan memberi sumbangan harta bahkan wanita.

Wajar apabila AS dan Israel menggandeng Mesir untuk membendung kekuatan komunis di Timur Tengah. Hanya saja tidak tertutup kemungkinan kepentingan AS untuk membendung kekuatan AS disalahgunakan untuk kepentingan pribadi pejabat AS.Dalam keadaan demikian tentu AS atau Israel menjadi dalam posisi sulit.

Banyak orang bangga dan kagum pada PKS, Ikhwanul Muslimin tetapi aku tak.

Jika boleh bangga, maka aku bangga dengan PANCASILA, aku bangga dengan rakyat Indonesia yang bersahaja, aku bangga dengan rakyat Mesir yang bergerak dan berjuang (REVOLUSIONER) melawan pemimpin yang egois dan serakah.

Dunia Islam sangat sedikit memperhatikan campurtangan AS di Afganistan, membantu Mujahidin melawan Taliban dukungan komunis, demikianpun di Vietnam, Iraq, Taiwan dll.

Dalam tulisan Arif Pranoto tadi sesungguhnya terjawab berapa besar kerugian AS di Iraq dan Afganisthan.Demikian mahal apalagi ditambah dengan korban jiwa yang tentu didalammya adalah juga penganut agama dan beriman kepada Tuhan sebagaimana layaknya Rakyat AS atau Israel (orang yang beragama dan atau beriman kepada Tuhan) tentulah itu termasuk beban AS atau Israel dan Negara-negara bangsa anti komunis.

Itulah salah satu kelihaian komunis saat ini dibandingkan komunis USSR yang langsung dipandang dunia sebagai anti Tuhan (anti agama).Ketika komunis USSR masih jaya dan berkuasa, sholat pun orang harus sembunyi-sembunyi.

Saya pun tidak mengatakan bahwa AS, Israel bersih 100 persen bersih dari komunis tetapi itulah salah satu hambatan atau tantangan perjuangan.Contohnya sudah jelas, aktivis demokrasi dari RRC menjadi mata-mata teknologi di AS untuk kepentingan RRC.Silahkan cek kebenaran adanya aktifis pro-demokrasi RRC menjadi mata-mata teknologi di AS.

Bila Barak Obama yang menjabat Presiden AS itu berkata, (yg artinya),”…Indonesia sedang berjuang memenuhi takdirnya, takdir Indonesia untuk dunia,” maka sepertinya itu adalah pengakuan yang jujur bahwa Indonesia adalah BAPAK DUNIA

Aku belum pernah mendengar ada pemimpin dunia terutama Negara komunis yang mengakui “takdir Indonesia untuk dunia” selain Barak Obama.Bahkan sepertinya pejabat tinggi hingga tertinggi Negara ini pun tak.

Apa yang dimaksud Barak Obama itu barangkali itulah yang dimaksud Bung Karno, “PANCASILA MENJADI IDEOLOGI DUNIA”

Wajar apabila orang Cina marah dan menentang Bung Karno, sebab ia juga berkata, “Bahwa PANCASILA lebih baik dari San Min Tjui nya Dr.Sun Yat Sen.” Secara pribadi Bung Karno menantang dan melawan Dr.Sun Yat Sen, sebab untuk kapitalis, liberal Bung Karno tidak menunjuk pribadi kecuali Dr.Sun Yat Sen dengan san min tjui.

Barangkali aku tidak termasuk Jalur Sutera, tetapi aku mengajak ke JALA SUTRA, (JALAN SEJAHTERA MENUJU RAYA INDONESIA)

Mari kita benahi INDONESIA RAYA agar Insya ALLAH RAYA INDONESIA

Raya Indonesia, itulah takdir untuk dunia.Karena ketika RAYA INDONESIA pada saat itulah Indonesia akan tampil menjadi BAPAK DUNIA yakni dengan menjabat sebagai KETUA PBB


Demikianlah kira-kira catatan tak ilmiah ini.

Jumat, 11 Februari 2011

Wakil Presiden bukan bawahan Presiden.

Presiden bukan pada posisi menurut tugas, fungsi, wewenang jabatan untuk memerintah, memberi Perintah atau Instruksi kepada Wakil Presiden.

Hal seperti ini sudah pernah saya sampaikan secara tertulis kepada Megawati Soekarno ketika menjabat Wakil Presiden RI.

Dalam surat itu antara lain saya sampaikan.Pada situasi dan kondisi kesehatan Gus Dur tidak dapat melihat, maka surat-surat untuk dan atas nama Presiden ditandatangani oleh Wakil Presiden.

Alasannya, pada situasi kondiri demikian (tidak dapat melihat, membaca/gangguan kesehatan) apabila Gus Dur menadantangani surat-surat untuk dan atas nama Presiden, maka hal itu dapat dipermasalahkan dihadapan hukum baik oleh Gus Dur misalnya “saya tidak ada tandatangani itu”. Orang lain misalnya, itu tidak sah karena dia tidak melihat apa yang dia tandatangani” demikianlah kira-kira.

Tidak beberapa setelah surat itu saya kirimkan (kira-kira 2 bulan) kemudian ada yang mempermasalahkan tandatangan Gus Dur.

Inilah barangkali hikmat / pelajaran yang dapat kita ambil ketika Gus Dur menjabat Presiden RI.Untuk mengingatkan kita pada konsep Dwi Tunggal Soekarno-Hatta.

Menurut hukum tatanegara Indonesia antara lain :

Pasal 4 ayat (2) UUD 1945 “Dalam menjalankan kewajiban Presiden dibantu oleh satu orang wakil Presiden.”

Ketentuan itu antara lain berarti : Wakil Presiden itu bukanlah pembantu Presiden. Kewajiban yang dijalankan oleh Wa.Pres adalah kewajiban Presiden.Kewajiban yang dijalankan oleh Wa.Pres adalah kewajiban Presiden. Kewajiban Presiden dan Wakil Presiden adalah sama yakni menjalankan kewajiban Presiden.Posisinya adalah setara.Bukan atasan dan bawahan, akan tetapi bekerjasama.

Salah satu fungsinya adalah menjaga kekosongan hukum misalnya, apabila Presiden bepergian ke LN, maka yang menjalankan tugas-tugas kepresidenan didalam negeri adalah Wakil Presiden.

Tap MPR No.II tahun 1973 Pasal 2 ayat (1) Presiden dan Wakil Presiden harus dapat bekerja sama.

Cukup jelas bahwa posisi Presiden dan Wapres bukan posisi atasan dan bawahan, akan tetapi harus bekerjasama, setara dan sederajat.

Dua tetapi satu yakni orangnya dua tetapi satu kewajiban yakni menjalankan tugas Presiden.Inilah barangkali yang dimaksud dengan konsep Dwi Tunggal-Soekarno Hata.

Rabu, 09 Februari 2011

Nasionalisme Indonesia


Bung Karno berkata, “Revolusi nasional kita memang belum selesai.Semoga tidak seorang pun dari bangsa Indonesia melupakan hal ini.Merdeka!

Selanjutnya Bung Karno mengemukakan, Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi “perkakasnya Tuhan” dan membuat kita “hidup dalam roh”.

Dari apa yang dikemukakan Bung Karno tersebut ada bebarapa hal yang menarik antara lain :

  1. Revolusi Nasional belum selesai.
  2. Nasionalisme kita.
  3. Perkakasnya Tuhan
  4. Hidup dalam roh.
  5. Merdeka!

Tidak sedikit yang lupa atau lalai atau menganggap revolusi sudah selesai seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Oleh karenanya seperti terlena untuk berjuang terus melakukan revolusi. Terlena dengan kata “merdeka”.Lalai mewujudkan apa yang dimaksud dengan merdeka.Padahal setidak-tidaknya ada 3 unsur pokok dalam alam kemerdekaan yakni :1. Berdaulat dalam politik 2.Berdikari dalam ekonomi 3 Berkepribadian dalam kebudayaan.

Dalam pembukaan UUD 1945 juga sesungguhnya disebutkan, “Dan perjuangan pergerakan bangsa Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara yang Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Dengan demikian jelaslah sudah, “Revolusi Nasional kita belum selesai”.

Untuk itu marilah melakukan pergerakan dan perjuangan agar Revolusi Nasional itu selesai.

Namun agar lebih jelas marilah kembali kita mengingat apa yang disampaikan oleh Bung Karno yakni REVOLUSI NASIONAL.

Dengan demikian Revolusi Indonesia itu bukanlah revolusi primordial, bukan pula revolusi rasial.Bukan revolusi satu golongan suku, bukan revolusi satu golongan agama, melainkan Revolusi Nasional.

Selanjutnya yang perlu diketahui dan disadari apa dan seperti apa Nasionalisme Indonesia itu.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bung Karno tentang Nasionalisme kita, Maka nasionalisme Indonesia itu adalah Nasionalisme yang menjadikan kita perkakasnya Tuhan”.Nasionalisme yang membuat kita “hidup dalam roh.”

Manusia yang menjadi “perkakasnya Tuhan” berarti manusia pelaksana perintah Tuhan. Manusia yang hidup dalam roh adalah manusia yang tidak dikendalikan oleh tubuh, jasad.

Dalam ajaran Islam inilah antara lain maksud, “carilah akhirat, maka dunia akan ikut”. “HabluminAllah dan Habluminannas”.Garis vertical dan horizontal.Itulah shirathal mustaqyim

Dalam ajaran Kristen inilah barangkali maksud, “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua akan dipenuhi bagimu”. “Sembahlah Tuhan Allah mu dan kasihilah sesama manusia sebagaimana engkau mengasishi dirimu sendiri.Garis vertical dan horizontal.Itulah jalan menuju kepada Allah.

Dalam lagu kebangsaan Indenesia Raya inilah barangkali yang dimaksud, “bangunlah jiwanya bangunlah badannya”. Hiduplah Indonesia Raya.

Lebih lanjut barangkali Nasionalisme Indonesia secara sistematis dan terinci itulah yang dimaksud dengan PANCASILA

Manusia pelaksana dan atau yang mengamalkan “rahmatan lil’alamin”, Bukan untuk segolongan suku, ras atau agama, melainkan rahmat untuk seluruh dan sekalian alam.

Sepertinya tidak ada Nabi atau Rasul Allah yang mengajarkan atau menyuruh agar pengikutnya menyerang, menyakiti atau berbuat jahat dan keji kepada pengikut Nabi atau Rasul yang lain.

Tidak ada Nabi atau Rasul Allah yang mengajarkan atau menyuruh manusia atau pengikutnya untuk berbuat tidak adil dan tidak berperikemanusiaan.Tidak ada Nabi atau Rasul Allah yang mengajarkan atau menyuruh pengikutnya untuk berbuat jahat dan keji.

Tentulah PANCASILA tidak bertentangan dengan ajaran atau petunjuk yang disampaikan oleh para Nabi dan atau Rasul Allah. Sepertinya juga tidak bertentangan dengan ajaran Hindu atau Budha.

Dengan demikian Nasionalisme Indonesia itu adalah Paham atau pandangan kebangsaan MANUSIA PANCASILA yakni Manusia yang taat dan taqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Bukan manusia anti atau menentang atau melawan Tuhan.Bukan pula manusia yang meniadakan Tuhan.Bukan manusia yang bergantung, mengandalkan kemauan, kekuatan dan kemampuan diri sendiri. Tetapi adalah manusia yang selalu berusaha dan bekerja serta bersandar, bergantung pada Tuhan.

Manusia yang adil dan beradab. Bukanlah manusia yang dholim bukan bula manusia yang biadab. Bukan manusia yang berbuat jahat dan keji.

Manusia yang tidak egois, tidak primordial, tidak rasialis, tidak juga chauvinis. Tidak mementingkan dan mendahulukan kepentingan pribadi tetapi kepentingan bersama (kemaslahatan umat). Manusia yang bergotong royong saling membantu.Bukan manusia yang nafsi-nafsi. Bukan manusia yang maunya hidup enak sendiri dengan menindas atau membiarkan orang lain terindas atau menderita.

Manusia yang dimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan baik dalam permusyawaratan dan perwakilan.Bukan manusia yang menentukan kehendak dan dengan kekuatan sendiri. Tidak manusia yang menjadikan dirinya menjadi pemimpin, penentu oleh karena kekuatan atau oleh karena jumlah. Bukan manusia yang menjadikan jumlah menjadi penentu melainkan manusia yang menjadikan hukum sebagai penentu dan pemimpin. Yakni Hukum yang bijaksana. Bukan hukum yang buta pijak sana sini dan pijak situ.Hukum yang bijaksana demi kemaslahatan umat dan sekalian alam.

Manusia yang bergerak dan berjuangan untuk mewujudkan dan atau melaksanakan keadilan sosial bagi seluruh dan segenap bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia serta sekalian alam. Rahmatan lil’Alamin. Kehidupan yang adil dan makmur. Hidup dalam husnul khotimah dengan demikian Isnya Allah matipun dalam khusnul khotimah.

Nasionalisme Indonesia bukanlah materialis kapitalis

Nasionalisme Indonesia bukan liberal

Nasionalisme Indonesia bukan komunis

Nasinalisme Indonesia ialah PANCASILA

Nasionalisme yang mendahulukan jiwa roh bukan jasad atau tubuh.Yang menjaga keseimbangan, keselarasan kepentingan jiwa dengan jasad. Nasionalisme yang taat dan takwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan mengasihi sesama manusia.

Revolusi Nasional belum selesai. Maka selesaikanlah dengan bergerak dan berjuanglah melawan segala bentuk penjajahan. Melawan penjajahan kebudayaan. Melawan segala bentuk kejahatan dan kekejian. Usirlah para penjajah yang menjadikan orang Indonesia asli menjadi budak dinegeri dan kampung halaman, rumahnya sendiri. Hapuskan penjajahan dalam segala bentukanya dari tanah air Indonesia Raya dan dunia!!!

Merdeka!!!!!

Selasa, 08 Februari 2011

AWAS RAYUAN MAUT CHINA

Tuesday, December 12, 2006

AWAS RAYUAN MAUT CHINA


Kalimat diatas merupakan judul sebuah berita pada harian Warta Kota edisi Juma’at 8 Desember 2006 halaman 6.

Dalam pemberitaan dituliskan:
“KETUA Pusat Studi China Universitas Indonesia, DR.I Wibowo mengingatkan agar semua mewaspadai kebangikitan China yang lebih banyak dikaitkan dengan pertumbuhan militernya atau hard power ketimbang soft power atau kekuatan lunaknya yang juga dikembangkan negara tersebut. “Kita harus melihat China tidak hanya berdasarkan hard power tetapi juga soft power-nya.” Kata I Bowo dalam diskusi “Kemitraan Strategis RI-RRC : Tindak Lanjut Konkret dan Prospek ke Depan”, di Jakarta, Kamis (7/12). Menurut dia, pada kekuatan lunak tidak digunakan militer melainkan kekuatan bujukan atau daya tarik, namun tujuannya sama yaitu membuat pihak lain tunduk.Serangkaian tindakan China dalam hal ini diantaranya menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain sebanyak mungkin.”Kini, dapat dikatakan China berhasil mengurangi jumlah negara yang memusuhinya.Amerika Serikat dan Uni Eropa telah dirangkulnya.Begitu pula Rusia yang sewaktu masih berbentuk Uni Soviet menjadi musuh besarnya,” ujar pengajar di FIB UI. China juga menawarkan berbagai bantuan keuangan kepada sejumlah negara berkembang, tanpa syarat ketat sebagaimana dituntut World Bank atau negara maju. (Ant/wip) “

Apa yang dikatakan DR I Wibowo seperti disebut pada pemberitaan tersebut sepertinya mendekati fakta meskipun masih terkesan sangat diplomatis, atau barangkali itu sebgai ciri bahasa akademisi atau mungkin pula dipengaruhi oleh budaya Indonesia, ‘jawa’, santun, halus bahkan mungkin euh pakeuh.Atau barangkali bahasa yang itu merupakan bahasa para bijak.

Bahasa orang bijak memang sepertinya tidak begitu mudah untuk dipahami, terlebih-lebih awam dengan tingkat pendidikan formal yang masih belum layak,seperti kebanyakan rakyat negeri ini. Oleh karena itu sepertinya apa yang dikemukakan oleh DR.I Wibowo tersebut perlu dikaji atau ditelusuri lebih rinci dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh rakyat kebanyakan negeri ini.

Penelusuran lebih rinci dan sederhana barangkali diperlukan agar masyarakat kebanyakan negeri ini dapat memahami apa yang dimaksud oleh DR.I Wibowo tersebut.Bagaimana dan seperti apa rayuan maut tersebut.

Pemahaman atas hal tersebut diperlukan agar masyarakat kebanyakan dapat mengantisipasi rayuan maut tersebut, dimana tujuannya adalah membuat pihak lain tunduk. Karena hard power maupun soft power-nya China itu tujuannya sama yaitu membuat pihak lain tunduk.

Tujuan China seperti ditulis dalam pemberitaan tersebut barangkali tak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh “kaum penjajah”, imperialis maupun kolonialis.

Untuk mengantisipasi tujuan kaum penjajah sepertinya tidak boleh tidak rakyat kebanyakan harus mengetahui apa yang termasuk atau dimaksud dengan soft power.Bagaimana bentuk atau wujudnya.


Jika rakyat kebanyakan negeri ini boleh disebut sebagai masyarakat dasar, maka sepertinya masyarakat dasar inilah yang perlu mendapat penguatan.Rakyat kuat negara kuat, demikian kira-kira pesan para bijak pendahulu.

Soft power ini sepertinya sangat berbahaya sebab masyarakat yang terkena pengaruhnya tidak merasa ditundukkan, “dijajah”.Yang barangkali sesuai dengan namanya “halus”.

Akan lain halnya bila penundukan itu dilakukan dengan hard power “senjata”.Apabila suatu negara membawa kekuatan bersenjata memasuki negara lain, maka secara pelak itu akan disebut dan dirasakan sebagai penjajah, padahal belum tentu demikian.

Masuknya kekuatan bersenjata suatu negara ke negara lain cenderung dicap sebagai penjajah padahal belum tentu.

Karena dimungkinkan masuknya kekuatan bersenjata itu justru membantu dan melindungi negara tersebut dari penjajahan melalui soft power, kekuatan lunak seperti penguasaan perekonomian suatu negara oleh negara lain.Melalui penguasaan perekonomian tersebut, para penjajah dengan soft power pula telah menciptakan konflik di negara tesebut antara rakyat dengan penguasa.Konflik mana pula dapat terbuka maupun tertutup.

Rakyat miskin, penyakitan, busung lapar hingga mati kelaparan sementara para penguasa (elit pejabat pemerintahan) hidup bermewah-mewah, pelesiran kemana-mana dengan berbagai alasan tugas negara.Barangkali ini boleh disebut sebagai konflik tertutup.

Pada berbagai tempat terjadi tawuran, mulai dari lempar batu hingga lempar amunisi dan bom.Rakyat bentrok dengan aparat pemerintah, bahkan terkadang sudah sulit membedakannya dengan apa yang disebut dengan perang.

Konflik seperti tersebut sesungguhnya merupakan akibat darisoft power yang sudah menguasai suatu kelompok masyarakat yang dimaksudkan untuk melemahkan, “menghabisi” suatu kelompok masyarakat untuk kemudian membuat masyarakat tersebut dan atau wilayahnya tunduk dibawah kekuasaan pengguna soft power tersebut.

Dalam konflik diatas, maka yang menadapat julukan sebagai penjajah adalah yang membawa kekuatan bersenjata, bukan yang membawa soft power.

Inilah barangkali kepintaran suatu kelompok masyarakat penjajah masa kini.Tidak menggunakan kekuatan bersenjata, melainkan menggunakan soft power.Meskipun demikian, pengguna soft power bukan berarti tidak memperkuat persenjataannya.Hasil dari penggunaan soft power pada akhirnya sebagian disisihkan untuk memperkuat persejataannya, hard power-nya

Pada era ini sepertinya kaum imperial ataupun colonial tidak lagi dengan cara kekuatan persenjataan untuk menundukkan suatu negara setidak-tidaknya tidak mendahulukan kekuatan senjata, melainkan dengan soft power.Inilah barangkali kepintaran penjajah modern, ultra colonialism imperialism, jika tidak boleh menyebutnya sebagai kelicikan.

Barangkali penjajahan soft power ini dapat terlihat dengan perubahan cara hidup suatu masyarakat, munculnya symbol-simbol yang berasal dari negara asing (pengguna soft power), penguasaan perekonomian dan lain-lain tanpa emmerlihatkan kekuatan senjata. Masyarakat kehilangan identitas diri, meninggalkan budaya asli (budaya tinggi).Pada akhirnya bermuara pada penundukan.

Pada banyak tempat di negeri ini banyak bermunculan aksara China baik berupa merek took atau usaha dagang lainnya.Namun sepertinya tidak mudah untuk menemukan merek toko atau usaha dagang lainnya dengan aksara jawa ataupun batak. Bak mie, bak so dimana-mana, tapi sulit menemukan Mie Sop atau Mie Daging. Padahal “bak” dalam bahasa China didominasi oleh pengertian “daging babi”.

Apakah peguasaan perekonomian negeri ini ada hubungannya dengan soft power yang dipergunakan oleh China sebagaimana disebut dalam pemberitaan tersebut barangkali perlu mendapat perhatian secara serius untuk disikapi secara bijak.