Perubahan
pertama s/d Perubahan keempat UUD 1945 atau UUD 1945 Perubahan yang lebih
dikenal dengan Amandemen UUD 1945 dan
pelaksanaanya merupakan penjajahan bentuk lain atau neo kolonialis imperialis
terhadap Bangsa Indonesia dan Negara Indonesia.Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa UUD 1945 sudah diganti dengan 4 (empat) UUD yakni UUD 1999, UUD 2000, UUD
2001 dan UUD 2005 kecuali namanya saja yakni UUD 1945, tinggal nama.
Oleh karena itu mengharap amanat UUD 1945 seperti perlindungan bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah air Indonesia, kesejahteraan dan kemakmuran serta keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan bagaikan pungguk merindukan bulan.
Jika dikaji lebih lanjut amandemen UUD 1945 itu sama dengan mengganti NKRI dan mengingkari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia serta mengkhianati dan atau meniadakan Panca Sila kecuali tinggal nama.
UUD 1945 tidak lain adalah kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang disusun menjadi Undang-undang Dasar Negara Indonesia.
Oleh karena itu mengharap amanat UUD 1945 seperti perlindungan bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah air Indonesia, kesejahteraan dan kemakmuran serta keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan bagaikan pungguk merindukan bulan.
Jika dikaji lebih lanjut amandemen UUD 1945 itu sama dengan mengganti NKRI dan mengingkari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia serta mengkhianati dan atau meniadakan Panca Sila kecuali tinggal nama.
UUD 1945 tidak lain adalah kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang disusun menjadi Undang-undang Dasar Negara Indonesia.
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
(Lihat Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945).
Dengan
demikian jelas bahwa Undang-undang Dasar yang disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 yang sering ditulis dengan
singkatan UUD 1945 adalah Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, bukan Undang-undang Dasar Pemerintah Indonesia.
Dalam
ilmu Hukum, UUD 1945 itu tergolong Hukum Tata Negara yang dalam bahasa Belanda dikenal
dengan istilah staatsrecht
atau hukum negara (state law),
bukan Hukum Administrasi Negara atau Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum
Pemerintah (administratief recht atau
goverment law)
Kebangsaan Indonesia itu lahir atau berdiri pada tanggal 28 Oktober 1928 yang merupakan PUTUSAN Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia pada tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dibacakan pada tgl.28 Oktober 1928 dan kemudian terkenal dengan Sumpah Pemuda.
Kebangsaan Indonesia itu lahir atau berdiri pada tanggal 28 Oktober 1928 yang merupakan PUTUSAN Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia pada tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dibacakan pada tgl.28 Oktober 1928 dan kemudian terkenal dengan Sumpah Pemuda.
Adapun
isi putusan sumpah pemuda tersebut antara lain :
“kerapatan laloe mengambil poetoesan:
PERTAMA
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH
JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
KEDOEA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG
SATOE, BANGSA INDONESIA.
KETIGA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA
PERSATUAN, BAHASA INDONESIA”
Secara
juridis Putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia yang dibacakan pada tanggal 28
Oktober 1928 itu merupakan :
1.
Lahir atau terwujudnya satu tanah
(wilayah) yakni Tanah Indonesia.
2.
Lahir atau berdirinya satu bangsa
yakni Bangsa Indonesia.
3.
Lahir atau terwujudnya bahasa
persatuan yakni Bahasa Indonesia.
Bangsa
Indonesia yang lahir pada 28 Oktober 1928 itulah yang berjuang mencapai atau
mewujudkan Indonesia merdeka. Dan atas berkat rahmat ALLAH YANG MAHA KUASA, 17
(tujuh belas) tahun kemudian kemerdekaan Indonesia itu berhasil dicapai.
Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itulah yang diproklamasikan oleh Soekarno pada tanggal 17
Agustus 1945 dan naskahnya ditandatangani oleh
Soekarno-Hatta Atas Nama Bangsa Indonesia
(lihat dan baca naskah
Proklamasi 17 Agustus 1945/17-8-05).
Kemerdekaan
kebangsaan Indonesia atau kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (17-8-05) itu meliputi :
a.Kemerdekaan
satu Tanah atau tumpah darah yakni Tanah Air Indonesia.
b.Kemerdekaan
satu bangsa yakni Bangsa Indonesia.
c.Kemerdekaan
bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan itu
adalah oleh dan atas nama Bangsa Indonesia, bukan oleh dan atas nama bangsa
Aborigin, Belanda, China/Tionghoa atau bangsa lain selain Bangsa Indonesia.
Sebelum memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Para Pahlawan Pejuang Indonesia terlebih dahulu merumuskan dasar Indonesia merdeka.
Setelah melalui proses yang dimulai dengan sidang
atau rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
hingga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Para Pahlawan Pejuang
Indonesia sampai pada kesepakatan bahwa
dasar Indonesia merdeka itu ada lima prinsip yang kemudian dikenal dengan nama
PANCA SILA.
Oleh
karena itu PANCA SILA merupakan dasar Indonesia merdeka.
Tentang
perumusan Panca Sila dasar Indonesia merdeka dapat dilihat dari risalah rapat-rapat BPUPKI
antara lain :
Muhammad
Yamin adalah yang mendapat kesempatan pertama untuk menyampaikan gagasannya
pada 29 Mei 1945. Ada lima poin yang dikemukakan oleh Yamin saat itu yakni
perikebangsaan, perikemanusiaan, periketuhanan, perikerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.
Yamin menyampaikan gagasannya cukup panjang dan sempat diinterupsi oleh Wakil Ketua Sidang RP Soeroso. Menurut Soeroso, apa yang disampaikan Yamin telah melebar dari pertanyaan sidang tentang dasar Indonesia merdeka.
"Tuan pembicara saya rasa salah paham. Sebagai diterangkan oleh Tuan Ketua, Tuan Radjiman, tadi yang dibicarakan ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka. Kalau saya dengarkan yang selanjutnya tadi ini juga tentang bentuknya Indonesia Merdeka," kata Soeroso seperti dikutip dalam buku 'Kumpulan Pidato BPUPKI' yang diterbitkan oleh Media Pressindo tahun 2006.
Yamin memang tak secara gamblang menyebutkan bahwa gagasannya adalah dasar Indonesia merdeka. Dia menjabarkan secara panjang-lebar apa yang dia maksud di lima poin itu.
"Pembicaraan bagian atas dapatlah saya ringkaskan, bahwa dasar-dasar yang kita perbincangkan memberi dorongan kepada kita, bahwa negara yang akan dibentuk ialah suatu negara Rakyat Indonesia yang tersusun dalam suatu Republik Indonesia, yang dikepalai oleh seorang Kepala Negara pilihan, dan dijalankan sebagai pusat oleh Kementerian yang bertanggung jawab kepada Majelis Musyawarah," tutur Yamin.
Soeroso kemudian kembali menginterupsi lagi dan menyebut bahwa pembicaraan Yamin semakin melebar. Tetapi menurut Yamin, dasar negara merdeka salah satunya juga mencakup hingga soal penduduk.
"Saya turut perintah itu, walaupun ada keyakinan bahwa dasar negara juga mengenai soal penduduk, pun karena mengenai susunan pemerintah, dan begitu juga tentang hak tanah," ujar Yamin.
Dua hari kemudian, sidang tentang dasar Indonesia merdeka dilanjutkan kembali. Adalah Soepomo yang mendapat kesempatan berpidato pada 31 Mei 1945.
"Soal yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan dasar-dasarnya negara Indonesia Merdeka. Tadi oleh beberapa pembicara telah dikemukakan beberapa faktor dari beberapa negara, syarat-syarat mutlak dari suatu negara," kata Soepomo membuka pidatonya.
Syarat mutlak yang dimaksud Soepomo adalah daerah/teritorial, rakyat, dan pemerintahan berdaulat menurut hukum internasional. Namun menurut Soepomo, hal itu bukan merupakan dasar Indonesia Merdeka.
"Syarat-syarat mutlak ini tidak mengenai dasar kemerdekaan dari negara dalam arti sosiologi dan arti politik," kata dia.
Dia lalu menyebut pembelaan tanah air jadi syarat mutlak sebuah negara merdeka. Soepomo lalu menyampaikan gagasannya bahwa Indonesia harus berdasar pada negara yang integralistik.
"Maka teranglah Tuan-tuan yang terhormat, bahwa jika kita hendak mendirikan negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apa pun," tutur Soepomo.
Tak ada yang menginterupsi pidato Soepomo saat itu. Tetapi dalam risalah sidang juga tak tertulis adanya tepuk tangan riuh dari para anggota sidang.
Tibalah kemudian giliran Sukarno berpidato pada 1 Juni 1945. Di awal pidatonya dia langsung menegaskan bahwa penjabaran sebelumnya belum menjawab pertanyaan soal dasar Indonesia merdeka.
"Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang Mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang Mulia ialah dalam bahasa Belanda 'philosofische grondslag' daripada Indonesia merdeka," kata Sukarno.
Bung Karno kemudian menjabarkan dasar Indonesia merdeka menurut pemikirannya. Ada lima poin dasar Indonesia merdeka menurutnya, yakni kebangsaan Indonesia, perikemanusiaan atau internasionalisme, dasar mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan prinsip ketuhanan.
"Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya Pancasila," kata Sukarno.
Yamin menyampaikan gagasannya cukup panjang dan sempat diinterupsi oleh Wakil Ketua Sidang RP Soeroso. Menurut Soeroso, apa yang disampaikan Yamin telah melebar dari pertanyaan sidang tentang dasar Indonesia merdeka.
"Tuan pembicara saya rasa salah paham. Sebagai diterangkan oleh Tuan Ketua, Tuan Radjiman, tadi yang dibicarakan ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka. Kalau saya dengarkan yang selanjutnya tadi ini juga tentang bentuknya Indonesia Merdeka," kata Soeroso seperti dikutip dalam buku 'Kumpulan Pidato BPUPKI' yang diterbitkan oleh Media Pressindo tahun 2006.
Yamin memang tak secara gamblang menyebutkan bahwa gagasannya adalah dasar Indonesia merdeka. Dia menjabarkan secara panjang-lebar apa yang dia maksud di lima poin itu.
"Pembicaraan bagian atas dapatlah saya ringkaskan, bahwa dasar-dasar yang kita perbincangkan memberi dorongan kepada kita, bahwa negara yang akan dibentuk ialah suatu negara Rakyat Indonesia yang tersusun dalam suatu Republik Indonesia, yang dikepalai oleh seorang Kepala Negara pilihan, dan dijalankan sebagai pusat oleh Kementerian yang bertanggung jawab kepada Majelis Musyawarah," tutur Yamin.
Soeroso kemudian kembali menginterupsi lagi dan menyebut bahwa pembicaraan Yamin semakin melebar. Tetapi menurut Yamin, dasar negara merdeka salah satunya juga mencakup hingga soal penduduk.
"Saya turut perintah itu, walaupun ada keyakinan bahwa dasar negara juga mengenai soal penduduk, pun karena mengenai susunan pemerintah, dan begitu juga tentang hak tanah," ujar Yamin.
Dua hari kemudian, sidang tentang dasar Indonesia merdeka dilanjutkan kembali. Adalah Soepomo yang mendapat kesempatan berpidato pada 31 Mei 1945.
"Soal yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan dasar-dasarnya negara Indonesia Merdeka. Tadi oleh beberapa pembicara telah dikemukakan beberapa faktor dari beberapa negara, syarat-syarat mutlak dari suatu negara," kata Soepomo membuka pidatonya.
Syarat mutlak yang dimaksud Soepomo adalah daerah/teritorial, rakyat, dan pemerintahan berdaulat menurut hukum internasional. Namun menurut Soepomo, hal itu bukan merupakan dasar Indonesia Merdeka.
"Syarat-syarat mutlak ini tidak mengenai dasar kemerdekaan dari negara dalam arti sosiologi dan arti politik," kata dia.
Dia lalu menyebut pembelaan tanah air jadi syarat mutlak sebuah negara merdeka. Soepomo lalu menyampaikan gagasannya bahwa Indonesia harus berdasar pada negara yang integralistik.
"Maka teranglah Tuan-tuan yang terhormat, bahwa jika kita hendak mendirikan negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apa pun," tutur Soepomo.
Tak ada yang menginterupsi pidato Soepomo saat itu. Tetapi dalam risalah sidang juga tak tertulis adanya tepuk tangan riuh dari para anggota sidang.
Tibalah kemudian giliran Sukarno berpidato pada 1 Juni 1945. Di awal pidatonya dia langsung menegaskan bahwa penjabaran sebelumnya belum menjawab pertanyaan soal dasar Indonesia merdeka.
"Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang Mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang Mulia ialah dalam bahasa Belanda 'philosofische grondslag' daripada Indonesia merdeka," kata Sukarno.
Bung Karno kemudian menjabarkan dasar Indonesia merdeka menurut pemikirannya. Ada lima poin dasar Indonesia merdeka menurutnya, yakni kebangsaan Indonesia, perikemanusiaan atau internasionalisme, dasar mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan prinsip ketuhanan.
"Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya Pancasila," kata Sukarno.
Dengan demikian jelas bahwa Panca
Sila itu merupakan dasar Indonesia merdeka.
Karena Panca Sila itu merupakan dasar Indonesia merdeka maka Panca Sila juga merupakan kedaulatan Bangsa Indonesia.Panca Sila itulah dasar Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Panca Sila kemudian menjadi dasar kedaulatan rakyat Indonesia.Hal mana dapat terlihat dari rumusan Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945;
Karena Panca Sila itu merupakan dasar Indonesia merdeka maka Panca Sila juga merupakan kedaulatan Bangsa Indonesia.Panca Sila itulah dasar Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Panca Sila kemudian menjadi dasar kedaulatan rakyat Indonesia.Hal mana dapat terlihat dari rumusan Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945;
"…yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengsan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Kemudian
sehari setelah bangsa Indonesia merdeka yakni tanggal 18 Agustus 1945 dalam
Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mendirikan Negara dengan
nama Indonesia yang ditandai dan bersamaan dengan diPILIHnya Soekarno sebagai
Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dan mengeSAHkan Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang kemudian terkenal dengan
nama atau ditulis dengan singkatan UUD 1945.
Rapat
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 itu juga mengesahkan rumusan dasar Indonesia
merdeka yakni Panca Sila dan sekaligus pula dijadikan sebagai kedaulatan Rakyat
Indonesia.
Dengan
perkataan lain kedaulatan yang ada pada rakyat Indonesia adalah Panca
Sila.Keadaan mana selaras juga dengan Panca Sila sebagai dasar Indonesia
Merdeka karena Rakyat Indonesia adalah juga Bangsa Indonesia.
Sesuai dengan rumusan Alinea
Keempat Pembukaan UUD 1945 maka yang dimaksud dengan susunan Negara Republik
Indonesia adalah bentuk pemerintahan yakni Republik. Bentuk pemerintahan
Republik itu kemudian ditegaskan pada Pasal 1 (1) UUD 1945.
Pasal 1
(1)
Negara
Indonesia ialah Negara kesatuan, yang berbentuk Republik.
Bentuk Negara Indonesia ialah
Kesatuan bukan federasi, bukan serikat juga bukan yang lain selain kesatuan. Bentuk pemerintah Indonesia
ialah Republik, bukan demokrasi, bukan
monarki juga bukan yang lain selain Republik. Bentuk Negara dan Pemerintah
Indonesia dirumuskan dengan singkat dan padat oleh Pasal 1 ayat 1 UUD 1945.
Bentuk negara dan pemerintah Indonesia itulah yang sering disebut Negara
Kesatuan Republik Indonesia disingkat dengan NKRI. Negaranya kesatuan, pemerintahnya
republik.
UUD 1945 dengan tegas membedakan
Negara dengan pemerintah karena memang menurut Hukumnya tidak sama.
Memperhatikan rumusan alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 tentang kedaulatan maka yang berdaulat adalah rakyat.Artinya kekuasaan
tertinggi pemerintahan Negara ada pada rakyat. Namun demikian rakyat
tidak menjadi dasar melainkan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan kelima dasar itulah yang terkenal dengan nama Panca
Sila. Namun dalam UUD 1945 tidak menyebut atau menuliskan nama Panca Sila.
Oleh karena itu pengertian frasa “berkedaulatan rakyat” setelah susunan Negara Republik Indonesia
bukan kedaulatan rakyat dimaksud
oleh teori kedaulatan. Karena apabila maksudnya adalah kedaulatan rakyat maka tentu tidak lagi berdasar kepada yang lain
melainkan rakyat itulah yang menjadi dasar sesuai dengan pengertian
kedaulatan yakni kekuasaan tertinggi atau sumber kekuasan. Kekuasaan tertinggi
tidak ada lagi kekuasan di atasnya.Rakyat itulah sumber atau dasar
kekuasan.
Sehingga dengan demikian pengertian frasa berkedaulatan
rakyat pada alinea keempat UUD 1945 mengandung arti bahwa yang berdaulat adalah rakyat dengan berdasar
kepada Panca Sila. Dengan perkataan lain kedaulatan ada pada rakyat.
Tentang kedaulatan yang ada pada rakyat atau yang berdaulat
adalah rakyat dapat juga terlihat dari rumusan Pasal 1 ayat 2 UUD 1945.
Pasal 1
(2)
“Kedaulatan adalah ditangan
rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.”
Melalui Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 semakin jelas bahwa
kedaulatan yang dianut oleh Indonesia kan dengan teori atau faham tentang
kedaulatan, bukan kedaulatan rakyat
akan tetapi menentukan rakyat yang
berdaulat atau kedaulatan ada pada rakyat.Tangan merupakan penegasan dominasi fungsi aktifitas penggunaan kedaulatan itu.
Jika dihububungkan
dengan teori kedaulatan seperti :
1.Teori kedaulatan
Tuhan.
2.Teori kedaulatan
raja.
3.Teori Kedaulatan
Rakyat.
4.Teori Kedaulatan
Negara.
5.Teori kedaulatan
Hukum.
Maka Indonesia tidak
menganut salah satu teori kedaulatan tersebut melainkan mempunyai aliran atau
faham kedaulatan sendiri yakni Kedaulatan Panca Sila.
Apabila dikaji
lebih dalam maka kedaulatan Panca Sila itu merupakan atau mirip dengan
kedaulatan Hukum karena Panca Sila merupakan Sumber dari segala Sumber Hukum
Indonesia.
Keunggulan dari teori
atau faham kedaulatan Hukum atau kedaulatan Panca Sila memastikan tersebut bahwa Hukum itu
adalah Hukum yang berketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan, berhikmat dan
bijaksana, mewujudkan keadilan dalam segala aspek kehidupan (keadilan sosial)
bagi seluruh Rakyat. Bukan hukum yang ditentukan atau didasarkan pada anggapan
orang-per orang atau penguasa untuk kepentingan kekuasaannya atau sebagian golongan tertentu
melainkan untuk kepenting seluruh Rakyat dan segenap bangsa Indonesia.Hukum yang sesuai dengan nilai-nilai Panca Sila.
Hukum yang adil dan beradab, jika tidak adil dan tidak beradab.Hukum itu pasti adil, jika tidak adil maka itu bukan Hukum melainkan kumuh.
Kedaulatan Panca Sila mencegah dan tidak membenarkan melakukan kejaliman atas nama Hukum.
Hukum yang adil dan beradab, jika tidak adil dan tidak beradab.Hukum itu pasti adil, jika tidak adil maka itu bukan Hukum melainkan kumuh.
Kedaulatan Panca Sila mencegah dan tidak membenarkan melakukan kejaliman atas nama Hukum.
Kedaulatan Panca Sila dapat
juga dikatakan sebagai penggabungan atau bentuk lain dari kedaulatan Tuhan dan kedaulatan
Hukum dengan awal termasuk proses yang adil dan beradab dan bermuara pada terwujudnya keadilan dalam segala aspek kehidupan (keadilan
sosial) bagi seluruh Rakyat.
Jika disebut kedaulatan
Tuhan maka kedaulatan itu harus adil dan beradab, berpersatuan tidak
terpecah-pecah atau tidak individualistik melainkan kebersamaan, berhikmat dan bijaksana serta dengan terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.Bukan Tuhan yang menurut satu golongan agama tertentu melainkan Tuhan yang sesuai dengan nilai-nilai Panca Sila.
Kedaulatan Panca Sila mencegah dan tidak membenarkan berbuat tidak adil atas nama Tuhan. Tuhan pasti adil.
Jika tidak adil maka itu bukan Tuhan melainkan hantu setan atau iblis.
Kedaulatan Panca Sila mencegah dan tidak membenarkan berbuat tidak adil atas nama Tuhan. Tuhan pasti adil.
Jika tidak adil maka itu bukan Tuhan melainkan hantu setan atau iblis.
Itulah antara lain kelebihan dari kedaulatan Panca Sila yang dianut oleh Indonesia.Kedaulatan Panca Sila tidak membenarkan melakukan perbuatan sewenang-wenang dan lain-lain yang tidak adil dan tidak beradab dengan mengatasnamakan kedaulatan.
Sesuai dengan uraian singkat tentang Putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda), Proklamasi 17 Agustus 1945 (17-8-05) dan UUD 1945 tgl.18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan yang tidak terputus melainkan manunggal atau integralistik.Sehingga mengubah salah satunya berpengaruh kepada yang lain.Jika ada yang harus diubah maka tidak dibenarkan ada perubahan yang bertentangan dengan salah satu. Jika UUD 1945 diubah maka perubahan itu tidak dibenarkan bertentangan dengan Panca Sila, Proklamasi 17 Agustus 1945 maupun Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Sesuai dengan uraian singkat tentang Putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda), Proklamasi 17 Agustus 1945 (17-8-05) dan UUD 1945 tgl.18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan yang tidak terputus melainkan manunggal atau integralistik.Sehingga mengubah salah satunya berpengaruh kepada yang lain.Jika ada yang harus diubah maka tidak dibenarkan ada perubahan yang bertentangan dengan salah satu. Jika UUD 1945 diubah maka perubahan itu tidak dibenarkan bertentangan dengan Panca Sila, Proklamasi 17 Agustus 1945 maupun Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Tentang amandemen UUD
1945 sebagai pengkhianatan atau pengingkaran terhadap Panca Sila secara juridis
juga dapat terlihat pada pelaksanaan Pemilihan Presiden, Gubernur,
Bupat/Walikota secara langsung.
Pengingkaran atau
perampasan kedaulatan dari Rakyat secara juridis formal juga dapat terlihat
dari amandemen/perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.
Pengingkaran atau
peniadaan Hak Kebangsaan Indonesia dapat terlihat dari amandemen/perubahan Pasal 6 ayat (1) UUD 1945.
Pengingkaran atau
peniadaan eksistensi Negara Indonesia juga dapat terlihat dari
amandemen/perubahan Pasal 28 A, 28B , 28C, 28D, 28E, 28F, 28G dan Pasal 28 H.
Oleh
karena itu apabila menginginkan terwujudnya perlindungan bagi segenap Bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah (tanah air/negeri) Indonesia serta kesejahteraan,
kemakmuran dengan adil bagi seluruh Rakyat Indonesia maka marilah segerakan
berjuang agar UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah (negeri/tanah air) Indonesia.
(Rakyat Indonesia Menggugat Kembali Ke UUD 1945 di halaman parkir PN.Sleman)
TOLAK UUD 1945 Perubahan/amandemen.
Kembali Ke UUD 1945
Merdeka!
Merdeka!
Adv.Syarifuddin Simbolon, SH.*)
*) Boleh dicopy, dikutip, dibagikan
dan diviralkan.