CHINA ANCAM BUMI
"Pertumbuhan ekonomi China menjadi ancaman bagi bumi.Karena itu Beijing dan negara-negara industri lainnya harus mengubah pola produksi dan konsumsinya yang sudah kuno. Demikian pernyataan Lester Brown. Presiden Institut Kebijakan Bumi, kemarin.Menurut data, China sudah melebihi AS dalam pola konsumsi beberapa kebutuhan dasar. Diperkirakan pada 2031 China akan mengonsumsi dua pertiga dari hasil panen bumi dan menghabiskan produksi kertas dunia.Guna mencegah habisnya sumber alam, Brown menyarankan negara-negara di dunia harus mencari sumber daya yang dapat diperbarui. Selain itu, dunia harus segera membrantas kemiskinan, menstabilkan populasi, dan memulihkan sistem alami.Dia menunjuk beberapa negara yang sudah melangkah ke arah ekonomi baru yang dimaksud."
Media Indonesia, Edisi Sabtu, 7 Januari 2006 halaman 9China merupakan ancaman bumi seperti tersebut diatas bukanlah karangan ataupun prediksiku, bukan pula pendapatku!!!
Aku pun tidak akan memojokkan China begitu saja.Aku lebih setuju kepada apa yang disarankan oleh Lester Brown, Presiden Institut Bumi tersebut.
Sebagai seorang manusia yang tentu juga memiliki hak atas bumi aku tentu akan mengajak setidak-tidaknya memberi saran kepada China atau AS atau siapapun didunia ini agar sama-sama menjaga keseimbangan atas pemanfaatan hasil bumi ini sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
Membrantas kemiskinan, menstabilkan populasi, merobah pola produksi dan konsumsi seperti disarankan oleh Lester Brown sepertinya lebih mendekati keadilan.
Tidak adil jika dua pertiga hasil bumi dan produksi kertas dunia dihabiskan oleh 1 (satu) negara/bangsa sementara penduduk bumi ini terdiri dari beratus-ratus bangsa atau negara.
Baik tentang pola produksi maupun konsumsi serta populasi memang sepertinya harus distabilkan/diseimbangkan-keseimbangan haruslah di jaga. Jangan suatu bangsa mendominasi baik mengenai produksi maupun konsumsi hasil bumi ini. Jangan menjadi dominasi mayoritas maupun tyrani minoritas terhadap bumi maupun atas hasil bumi tersebut.Terlebih jika dominasi ataupun tyrani tersebut merupakan suatu ketidak adilan, sebab keadaan itu lebih dekat pada penjajahan.
Sangat tidak adil jika suatu bangsa penuh dengan kemiskinan hingga mati kelaparan sedangkan bangsa lain berlimpah ruah.Sangat lah tidak adil jika suatu bangsa harus dimusnahkan oleh karena keadaannya mungkin kurang menguntungkan atau kurang lihai dalam memanfaatkan situasi dan kondisi.
Adalah lebih mendekati keadilan jika suatu negara/bangsa mengurangi konsumsinya lalu memberi sebahagian lagi untuk bangsa/negara lain yang serba kekurangan (miskin).Sebab bumi ini diciptakan bukan untuk satu orang tidak pula hanya untuk satu suku bangsa tertentu.
Saling membantu dan mengasihilah kamu, manfaatkan, peliharalah bumi ini secara bersama.Janganlah membuat kerusakan.
Bantulah bangsa/negara lain yang membutuhkan bantuan, bantulah negara miskin keluar dari kemiskinannya, ajarilah bangsa lain atas ketidak tahuannya. Sebab harusnya-lah demikian, karena tiada KAU tanpa AKU yang ada adalah KITA dalam naungan kasih sayang Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, DIA lah yang paling berkuasa atas langit dan bumi beserta isinya.
Oleh karena itu, harusnya China ataupun keturunan china diseluruh dunia, AS ataupun negara-negara lain, negara industri yang sudah maju dan kaya, berhentilah untuk menjadi penguasa atau menghabiskan hasil bumi. Atas bumi termasuk hasil bumi ini masih ada hak-hak bangsa atau negara lain.Jangan egois.Jangan hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok.
Jangan rakus, jangan serakah!!!!
Janganlah memperdaya/menyesatkan suatu bangsa, lalu menghabisinya. Jika itu yang kamu lakukan, maka jangan salahkan jika suatu saat kamu akan dibenamkan kedalam lautan, sebab dalam kitab suci ada tertulis,kira-kira artinya seperti ini,"bagi orang yang menyesatkan lebih baik ikatkan batu dilehernya lalu dilemparkan kedalam laut".
Sekali lagi jangan memperdaya, menipu dalam segala bentuknya.
Bertolong-tolonganlah KITA dalam kebaikan dan kebenaran, sebab harusnya-lah demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar