Sepertinya teramat banyak catatan sejarah yang disembunyikan oleh mereka yang entah mereka itu masuk golongan penjahat, penjajah ataupun begundalnya.
Dapat diduga usaha mereka untuk menghilangkan catatan sejarah itu antara lain agar bangsa ini tidak mengetahui sejarah (membuat sesat), menyembunyikan (menghilangkan jejak) para penjahat itu. Sepertinya mereka lupa bahkan menganggap bahwa tidak ADA YANG LEBIH KUAT, HEBAT DARI MEREKA , menganggap tidak ada yang gak pernah tidur!!! Celakalah mereka!!!
Ini sedikit catatan sejarah yang saya salin dari naskah asli yang masih tersimpan dengan baik oleh seorang anak bangsa
Kekejaman Po An Tui (bangsa kulit kuning atau orang china) kepada bangsa
“
Disampaikan oleh Mado Miharna (organisasi Persatuan Rakyat Desa) dihadapan Sidang Pleno Konstituante tahun 1959
Saudara Ketua dan Majelis Konstituante jang terhormat, dalam rangka pemandangan umum;
Saudara Ketua, bagi seluruh pedjuang bangsa Indonesia yang mengikuti dan mengalami pahit-getirnja perjuangan sedjak Proklamasi 1945, lebih-lebih tentunja bagi perintis-perintis kemerdekaan bangsa, melihat keadaan dan penderitaan masyarakat dewasa ini, pasti akan sedih, sedih karena ini bukanlah tujuan kita, bukan masjarakat sematjam sekarang jang kita idam-idamkan.
Seluruh lapisan masjarakat telah berdjuang tetapi baru beberapa gelintir orang-orang sadja jang senang.Beribu-ribu pejuang kita dibunuh, tetapi golongan pembunuh jang menikmati keuntungan.
Pao An Tui sementara dari golongan Tionghoa jang membantu aktif tentara Belanda jang telah membunuh, membakar, menangkapi anak-anak buah kami, sampai sekarang masih bergelandangan, bukan sadja masih bergelandangan, tetapi berkuasa dan menguasai segala sektor penghidupan rakjat.Golongan Po An Tui jang telah dengan kedjamja membunuh dan membakar para pedjuang kemerdekaan termasuk anak-anak buah kami, karena mereka tidak mengungsi dan terus berada di kota bersama Belanda, mendadak menjadi kaja, sesudah Belanda tidak ada mereka menduduki bekas tempat Belanda.
Inilah bukan bajangan, bukan impian, tetapi kenjataan, lihatlah sadja di
Disampaikan oleh Muh.Djazulie Kartawinata
Pokoknja ialah selama kulit kuning ini belum dapat diatasi, maka selama ini Indonesia selalu menghadapi kesukaran-kesukaran.Hingga sekarang ini kita belum dapat membedakan antara warga negara dengan totok.Djangan lebih dahulu kita bedakan dengan bangsa Indonesia asli.Totok dan warganegara sami mawon setali tiga uang Chines denken dan Chines leven, sekalipun sudah mengakui 7 turunan di Indonesia, akan tetapi, “Tionghwa tetap Tionghwa”
Sudah terang keadaannja demikian, maka saja heran sekali tentang politik Pemerintah Indonesia jang prakteknja kita sebagai bangsa Indonesia jang harus menjesuaikan diri dengan warga negara, tetapi bukannja warga negara itu jang disuruh menjesuaikan dirinja dengan bangsa Indonesia.Apakah sama pengertian bangsa dengan warga negara.Mereka ini dalam hal mentjari penghidupan minta disamaratakan dengan bangsa Indonesia, tetapi kita juga harus sadar bahwa djiwa mereka masih tetap berada di daratan Tiongkok.Dan djiwa mereka itu amat materialistis, itulah sebabnja maka kami katakan bahwa bangsa jang satu ini sangat berbahaja sekali dalam pengaruh “moneter dan ekonomi” negara kita.
Bung Karno perpesan,”Jangan sekali-kali lupakan sejarah” JASMERAH!!!!!
Maka sadar dan bangkitlah melawan dan mengusir mereka yg hingga saat ini masih melanjutkan berbuat jahat dan keji di negeri ini dengan modus operandi yang beda seperti penebangan hutan (illegal loging), perampokan uang rakyat dengan modus perbankan, perjudian, pelacuran, peredaran narkoba, suap/upeti (mafia hukum).
Segeralah lakukan REVOLUSI NASIONAL
Sebab Bung Karno pun berkata, REVOLUSI NASIONAL BELUM SELESAI
REVOLUSI!!! MERDEKA!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar